Kemiskinan menjadi salah satu isu utama pembangunan di Indonesia. Namun, publik sering kebingungan ketika melihat perbedaan angka kemiskinan yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Dunia. Mengapa kedua lembaga ini memberikan data yang berbeda? Apa yang memengaruhi perhitungannya? Simak penjelasan lengkapnya di bawah ini.
1. Perbedaan Garis Kemiskinan BPS vs Bank Dunia
a. BPS: Garis Kemiskinan Nasional
BPS menggunakan Garis Kemiskinan Nasional yang dihitung berdasarkan:
- Kebutuhan dasar makanan (2.100 kalori/hari)
- Kebutuhan non-makanan (sandang, papan, pendidikan, kesehatan)
- Variasi harga di tiap provinsi
Pada Maret 2023, BPS mencatat garis kemiskinan Rp 535.547 per kapita/bulan. Artinya, penduduk dengan pengeluaran di bawah angka tersebut dikategorikan miskin.
b. Bank Dunia: Garis Kemiskinan Internasional
Bank Dunia menggunakan standar global:
- $2,15 per hari (PPP 2017) untuk kemiskinan ekstrem
- $3,65 per hari untuk lower-middle income countries
- $6,85 per hari untuk upper-middle income countries
Dengan kurs PPP (Purchasing Power Parity), Bank Dunia menilai kemampuan beli masyarakat Indonesia berbeda dengan BPS.
2. Mengapa Angka Kemiskinan Berbeda?
a. Perbedaan Metodologi
- BPS menyesuaikan dengan kondisi lokal, sementara Bank Dunia memakai patokan global.
- BPS menghitung kemiskinan absolut, sedangkan Bank Dunia juga mempertimbangkan ketimpangan.
b. Penyesuaian Daya Beli (PPP)
Bank Dunia mengonversi pendapatan ke paritas daya beli (PPP), sementara BPS menggunakan nilai rupiah aktual.
c. Cakupan Data
- BPS mengandalkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas).
- Bank Dunia menggabungkan data BPS dengan indikator global seperti ketimpangan dan akses layanan dasar.
3. Dampak Perbedaan Data
Perbedaan ini memengaruhi:
✅ Kebijakan pemerintah – BPS jadi acuan utama program sosial seperti PKH dan BLT.
✅ Investasi asing – Bank Dunia memengaruhi persepsi investor tentang risiko ekonomi Indonesia.
✅ Target SDGs – Pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan bergantung pada acuan mana yang dipakai.
4. Mana yang Lebih Akurat?
Tidak ada yang “salah”, karena:
🔹 BPS lebih relevan untuk kebijakan nasional karena menangkap kondisi riil masyarakat.
🔹 Bank Dunia berguna untuk perbandingan global dan analisis makroekonomi.
Kesimpulan
Perbedaan data kemiskinan BPS dan Bank Dunia terjadi karena perbedaan metodologi, garis kemiskinan, dan tujuan pengukuran. Pemerintah Indonesia menggunakan data BPS untuk program penanggulangan kemiskinan, sementara Bank Dunia membantu membandingkan kemajuan Indonesia dengan negara lain.
Dengan memahami perbedaan ini, kita bisa lebih kritis dalam membaca data dan mendorong kebijakan yang tepat sasaran.