Tingwe, atau rokok daun, adalah rokok murah yang terbuat dari tembakau alternatif yang terbungkus dengan daun jagung atau kertas sederhana. Harganya yang sangat terjangkau (Rp 5.000 per bungkus) membuatnya populer pada kalangan perokok dengan daya beli rendah.
Berbeda dengan sigaret kretek yang mengandung cengkeh dan terproduksi pabrik besar, Tingwe seringi terproduksi secara tradisional atau bahkan terjual secara ilegal. Keberadaannya menjadi ancaman serius bagi industri rokok konvensional.
Mengapa Bisnis Sigaret Kretek Semakin Redup?
1. Kenaikan Harga Rokok Akibat Cukai Tinggi
Pemerintah terus menaikkan cukai rokok setiap tahun, menyebabkan harga rokok kretek melambung tinggi. Bagi perokok berat, beralih ke Tingwe atau rokok ilegal menjadi solusi untuk menghemat pengeluaran.
2. Persaingan dengan Produk Tembakau Alternatif
Selain Tingwe, produk seperti vape, rokok elektrik, dan nikotin pouch semakin diminati, terutama oleh generasi muda. Hal ini mengurangi konsumsi rokok kretek tradisional.
3. Regulasi yang Ketat
Larangan iklan rokok, peringatan kesehatan bergambar, dan pembatasan merokok di tempat umum membuat industri rokok kretek kesulitan mempertahankan konsumen.
4. Perubahan Gaya Hidup
Kesadaran akan kesehatan meningkat, sehingga banyak orang beralih ke gaya hidup bebas rokok atau mencari alternatif yang dianggap “lebih aman”.
Kampanye antirokok dan hidup sehat teryakini berhasil membawa sebagian komunitas di dalam masyarakat untuk meninggalkan rokok, terutama komunitas-komunitas keolahragaan, literasi kesehatan dan keuangan, dan sejenisnya,” tuturnya.